RADAR69.ID – Jakarta, Pencarian korban bencana hidrometeorologi di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatra Barat dipastikan terus dilanjutkan secara terukur dan terkoordinasi oleh pemerintah. Keputusan ini diambil setelah koordinasi intensif antara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), dengan mempertimbangkan dinamika laporan korban hilang di lapangan.
Hal tersebut disampaikan Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, saat konferensi pers Update Penanganan Bencana Hidrometeorologi Aceh di Banda Aceh, Minggu (14/12/2025).
Baca Juga: Terbongkar! Polisi Keroyok Mata Elang hingga Tewas
Pencarian Korban Bencana Disesuaikan dengan Data Korban Hilang
Abdul Muhari menegaskan bahwa pencarian korban bencana dilakukan berdasarkan data korban hilang yang dilaporkan di masing-masing kabupaten dan kota. Perpanjangan operasi SAR disebut sebagai bentuk komitmen pemerintah untuk memastikan seluruh laporan ditindaklanjuti secara serius dan akurat.
“Operasi SAR kami sesuaikan dengan data korban hilang yang dilaporkan di masing-masing kabupaten dan kota. Meski di beberapa wilayah laporan korban hilang telah nihil, tim Basarnas tetap bersiaga karena ada kemungkinan korban ditemukan di wilayah administratif lain yang berdekatan,” ujarnya.
Pendekatan ini dinilai penting karena pergerakan korban akibat banjir dan longsor memungkinkan jasad ditemukan di wilayah berbeda dari lokasi awal kejadian.
Wilayah Aktif Pencarian Korban Bencana di Tiga Provinsi
Untuk pencarian korban bencana, operasi SAR masih berlangsung di sejumlah wilayah.
Di Provinsi Aceh, tim melanjutkan pencarian di enam kabupaten: Bener Meriah, Aceh Utara, Aceh Tengah, Bireuen, Aceh Tamiang, dan Nagan Raya.
Di Sumatera Utara, operasi SAR tetap aktif di Kabupaten Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, serta Kota Sibolga.
Sementara di Sumatra Barat, tim meneruskan pencarian di Kabupaten Agam, Kota Padang Panjang, Kabupaten Padang Pariaman, dan Kabupaten Tanah Datar.
Di luar wilayah tersebut, sejumlah daerah lain berstatus siaga. Basarnas siap membuka kembali operasi SAR jika masyarakat menyampaikan laporan baru.
Diikuti Identifikasi Ketat
Abdul Muhari menegaskan setiap korban dalam pencarian korban bencana akan diidentifikasi secara ketat berdasarkan nama dan alamat (by name by address), kemudian dicocokkan dengan data kependudukan lintas daerah.
Langkah ini dilakukan untuk menjaga keakuratan data nasional serta mencegah duplikasi pencatatan korban. Pemerintah juga melakukan verifikasi ulang berbasis kecamatan guna memastikan seluruh data benar-benar valid.
“Proses identifikasi di lapangan sangat dinamis. Ada kasus khusus, misalnya jasad yang ditemukan di area pemakaman dan ternyata merupakan warga yang telah meninggal sebelum bencana. Setelah diverifikasi, data korban akan disesuaikan,” jelasnya.
Perkembangan Terbaru
Dalam perkembangan terbaru pencarian korban bencana, tim gabungan SAR yang dipimpin Basarnas menemukan 66 korban meninggal dunia pada Minggu (14/12/2025). Dari jumlah tersebut, 33 korban ditemukan di Aceh, 19 korban di Sumatera Utara, dan 14 korban di Sumatra Barat.
Pada hari yang sama, tim SAR juga menemukan 10 jasad tambahan, terdiri atas sembilan korban di Aceh dan satu korban di Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Penemuan ini membuat total korban meninggal dunia di tiga provinsi meningkat dari 1.006 jiwa menjadi 1.016 jiwa.
Selama sepekan terakhir, jumlah korban hilang berkurang sebanyak 58 orang seiring ditemukannya korban yang sebelumnya dilaporkan hilang serta hasil verifikasi ulang data di lapangan.
Pencarian Korban Bencana dan Kondisi Pengungsi
Seiring berjalannya pencarian korban bencana, jumlah pengungsi juga menunjukkan tren penurunan. Saat ini, total pengungsi tercatat sebanyak 624.670 orang, turun dari 654.642 orang pada hari sebelumnya.
Penurunan ini terjadi karena sebagian warga mulai tinggal sementara di rumah keluarga atau kerabat. Meski demikian, mereka tetap dikategorikan sebagai pengungsi mandiri karena masih bergantung pada pasokan pangan dan logistik dari dapur umum.
“Verifikasi terus kami lakukan untuk memastikan apakah warga sudah benar-benar kembali ke rumah atau masih membutuhkan dukungan logistik. Prinsipnya, negara tidak boleh absen sampai seluruh warga benar-benar pulih,” pungkas Abdul.
