
RADAR69.ID – Jakarta, Pemerintah China tuding AS lakukan serangan siber terhadap Pusat Layanan Waktu Nasional yang bertanggung jawab menjaga waktu resmi “Beijing Time” untuk seluruh negeri. Kementerian Keamanan Negara (MSS) menyebut Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) menjalankan operasi penyusupan siber jangka panjang sejak 2022 dengan tujuan mencuri rahasia negara dan mengganggu infrastruktur penting.
Dalam pernyataannya di media sosial resmi, MSS mengatakan telah menemukan bukti tak terbantahkan bahwa NSA menyusup ke sistem pusat tersebut. Operasi rahasia ini disebut dimulai pada Maret 2022 dan mencapai puncak antara Agustus 2023 hingga Juni 2024. “AS secara agresif mengejar hegemoni siber dan berulang kali menginjak-injak norma-norma internasional yang mengatur dunia siber,” tulis MSS.
Baca Juga: Pesawat Kargo Tergelincir dan Nyebur ke Laut Hong Kong, Dua Orang Tewas
Kronologi China Tuding AS Lakukan Serangan Siber ke Sistem Beijing
Menurut MSS, serangan China itu dimulai dari eksploitasi ponsel milik staf pusat waktu nasional menggunakan celah keamanan pada layanan pesan dari produsen luar negeri. Dari sana, NSA diduga memperoleh akses ke data sensitif dan kredensial masuk pegawai.
Pada April 2023, pihak peretas menggunakan kata sandi curian untuk membobol sistem komputer utama. Dalam operasinya, mereka disebut memakai 42 alat siber berbeda dan menutupi jejak dengan server pribadi virtual (VPN) di AS, Eropa, dan Asia.
Pusat Layanan Waktu Nasional berperan penting dalam penyiaran waktu resmi ke sektor keuangan, transportasi, energi, dan pertahanan. Menurut otoritas China, serangan ini berpotensi menimbulkan gangguan besar terhadap sistem keuangan, pasokan listrik, serta komunikasi nasional.
MSS menegaskan, setelah serangan terdeteksi, pemerintah berhasil memutus rantai penyusupan dan memperkuat sistem pertahanan siber.
Dampak dan Respon
Beijing menilai tindakan ini sebagai bentuk agresi digital yang mengancam stabilitas global. “Badan mata-mata Amerika telah bertindak gegabah, terus-menerus melancarkan serangan siber yang menyasar China, Asia Tenggara, Eropa, dan Amerika Selatan,” tegas MSS.
Kementerian juga memperingatkan bahwa gangguan terhadap sistem waktu nasional dapat memicu kekacauan pada pasar finansial, logistik, hingga sistem transportasi publik. Otoritas China kini meningkatkan perlindungan terhadap infrastruktur digital strategis, termasuk sistem energi dan pertahanan.
Pemerintah China tuding as lakukan serangan siber bukan hanya untuk kepentingan mata-mata, tetapi juga upaya sabotase yang bisa memengaruhi kestabilan sosial dan ekonomi.
Eskalasi Ketegangan Setelah China Tuding AS Lakukan Serangan Siber
Insiden ini menambah daftar panjang ketegangan digital antara dua negara besar tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir, Washington dan Beijing saling menuduh melakukan peretasan terhadap lembaga pemerintahan dan sektor strategis lawan mereka.
China menegaskan, tuduhan AS terhadap peretas yang disebut disponsori Beijing hanyalah upaya pengalihan. “Bukti kuat membuktikan bahwa Amerika Serikat adalah ‘kekaisaran peretas’ sejati dan sumber kekacauan terbesar di dunia maya,” ujar MSS.
Sementara itu, AS belum memberikan tanggapan resmi atas tudingan ini. Namun, ketegangan antar kedua negara kian meningkat, terutama di tengah persaingan teknologi dan ekonomi global yang semakin tajam.