RADAR69.ID – Jakarta, China Jepang memanas setelah komentar Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi soal kemungkinan respons militer Tokyo jika terjadi serangan terhadap Taiwan memicu kemarahan keras dari Beijing. Pernyataan itu dinilai merusak fondasi politik hubungan bilateral, hingga membuat China mengancam tindakan balasan diplomatik, ekonomi, dan keamanan.
Baca Juga: Banjir Jakarta Meluas Hari Ini, Puluhan RT Terendam dan Jalan Utama Ikut Tergenang
China Jepang Memanas: Ketegangan Politik Semakin Dalam
Akar ketegangan bermula dari pernyataan Takaichi di parlemen Jepang pada 7 November bahwa serangan militer China terhadap Taiwan dapat “menimbulkan situasi yang mengancam kelangsungan hidup Jepang”, yang membuka peluang keterlibatan militer Tokyo dalam kerangka hak bela diri kolektif.
Beijing menilai ucapan tersebut mencampuri urusan dalam negeri China. Amarah publik China bahkan meningkat setelah Konsul Jenderal China di Osaka mengunggah pesan ancaman yang menyiratkan kekerasan terhadap pengkritik kebijakan Beijing. Unggahan itu dihapus, namun memicu reaksi keras dari Tokyo dan peringatan keamanan bagi warga Jepang di China.
Pemerintah Jepang kini meminta warganya meningkatkan kewaspadaan. Warga diminta menghindari keramaian, tidak bepergian sendiri, dan menjauhi kelompok mencurigakan. Pejabat Jepang menilai langkah ini diperlukan untuk mengantisipasi perubahan sentimen di China.
Respons Beijing
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, menegaskan bahwa pernyataan Takaichi telah memancing kemarahan rakyat China. Ia memperingatkan bahwa Beijing tidak akan ragu mengambil langkah balasan jika Jepang menolak menarik ucapannya. “Pihak Tiongkok dengan serius mendesak pihak Jepang untuk menarik kembali pernyataan kelirunya, berhenti membuat masalah terkait Tiongkok, mengakui dan mengoreksi kesalahannya dengan tindakan nyata, serta menjaga fondasi politik hubungan Tiongkok-Jepang.”
Dalam konferensi lain, Mao Ning mempertegas sikap tegas pemerintahnya. “Jika Jepang menolak dan terus membuat kesalahan, China tidak akan ragu mengambil tindakan balasan yang tegas dan keras, dan Jepang harus menanggung konsekuensi penuhnya.”
Sebagai bentuk tekanan, China kembali memberlakukan larangan total impor produk makanan laut Jepang yang sebelumnya sempat dibuka, serta memperingatkan warganya untuk menghindari perjalanan ke Jepang. Imbauan itu langsung memicu ratusan ribu pembatalan tiket pesawat.
Eskalasi Ekonomi di Tengah Situasi China Jepang Memanas
Larangan impor makanan laut Jepang berdampak besar pada sekitar 700 eksportir Jepang yang baru saja memulai kembali aksesnya ke pasar China. Mao Ning mengatakan situasi pasar kini telah berubah. “Dalam situasi saat ini, meskipun makanan laut Jepang diekspor ke China, ia tidak akan menemukan pasar,” ujarnya.
Di sektor pariwisata, pembatalan perjalanan meningkat drastis. Dalam dua hari, sekitar 500 ribu tiket pesawat dari China ke Jepang dibatalkan. Maskapai di China juga memberikan pengembalian dana penuh untuk perjalanan hingga akhir tahun. Agen perjalanan besar telah menghapus paket liburan ke Jepang dari platform mereka.
China juga memperingatkan pelajar dan calon mahasiswa untuk meninjau ulang rencana studi ke Jepang. Tindakan ini sekaligus mempertegas penggunaan instrumen ekonomi sebagai bentuk tekanan diplomatik.
Dampak Diplomatik dan Upaya Meredakan Krisis
Pertemuan diplomatik antara pejabat tinggi kedua negara gagal meredakan ketegangan. Direktur Jenderal Biro Asia Kementerian Luar Negeri Jepang, Masaaki Kanai, menegaskan bahwa posisi Jepang tidak berubah dan tetap berpegang pada komitmen bersama tahun 1972. Namun, China mendesak Takaichi menarik pernyataannya dan memperbaiki kesalahan secara konkret.
Tokoh China di PBB, Fu Cong, bahkan menyatakan Jepang “tidak memenuhi syarat menjadi anggota tetap Dewan Keamanan”, merujuk pada sikap Tokyo terkait Taiwan dan penilaian Beijing atas sejarah Perang Dunia II.
Selain itu, China menunda perilisan dua film Jepang yang seharusnya tayang dalam waktu dekat, mengindikasikan bahwa dampak ketegangan telah merembet hingga ke sektor budaya dan hiburan.
Situasi Terkini dan Arah Kebijakan ke Depan
Pemerintah China menegaskan bahwa tindakan balasan akan terus berlanjut sebelum Jepang mencabut pernyataan Takaichi. Di sisi lain, pihak Jepang menyatakan tidak memiliki rencana untuk menarik ucapan tersebut dan masih menilai situasi keamanan domestik stabil.
Sementara itu, jutaan wisatawan China—yang menjadi tulang punggung industri pariwisata Jepang—masih ragu kembali berkunjung. Pembatasan perjalanan baru dari China berpotensi memperdalam luka ekonomi sepanjang musim liburan.
Dengan kedua pihak sama-sama mempertahankan posisi keras, ketegangan China Jepang memanas diperkirakan belum akan mereda dalam waktu dekat.
