RADAR69.ID – Jakarta, Gubernur Aceh Muzakir Manaf atau Mualem meninjau dampak banjir Bireuen Aceh yang memutus total akses jalur nasional dan alternatif menuju Lhokseumawe serta wilayah pantai timur. Perjalanan rombongan yang awalnya berangkat dari Pidie terhenti di Bireuen karena jalan di beberapa titik runtuh dihantam banjir bandang.
“Kita melihat kondisi di lapangan memang sangat darurat. Akses transportasi tidak bisa dilalui. Jalan nasional putus, Pemerintah Aceh akan mengerahkan segala kemampuan untuk membuka akses ini secepat mungkin,” kata Mualem.
Di Bireuen, sinyal telepon dan internet juga terputus. Tanpa komunikasi yang memadai, Mualem memutuskan kembali ke Banda Aceh dan menegaskan wilayah terisolir menjadi prioritas utama penanganan.
“Yang paling penting sekarang adalah memastikan bantuan sampai ke warga. Semua instansi terkait saya minta bergerak cepat,” ujarnya.
Baca Juga: Darurat! Banjir Longsor Sumut Tewaskan Ratusan Warga
Krisis Logistik Makin Buruk
Kepala Basarnas Banda Aceh, Al Husain, menyebut stok logistik di daerah terisolir seperti Bener Meriah, Aceh Tengah, dan Bireuen sudah sangat minim akibat akses darat putus total.
“Di Bireuen bahkan orang mulai panik karena tak ada lagi stok logistik. Saat ini yang paling dibutuhkan adalah evakuasi dan makanan untuk korban,” kata Al Husain.
Empat kecamatan di Bener Meriah juga masih terisolir. Bantuan belum masuk karena jalan penghubung tertimbun longsor. Pihak daerah menunggu pasokan makanan dan alat berat untuk membuka jalur.
“Saat ini kami butuh bantuan karena logistik sangat minim,” ujar Ilham Abdi dari Dinas Kominfo Bener Meriah.
Operasi SAR Fokus Evakuasi Korban Banjir Bireuen Aceh
Tim Unit Siaga SAR Bireuen selama tiga hari melakukan pencarian dan evakuasi korban banjir. Total 99 warga berhasil diselamatkan dari berbagai desa yang terendam. Sebanyak 300 kepala keluarga berhasil diamankan ke lokasi aman.
Koordinator Unit Siaga SAR, M. Rizal, menjelaskan operasi diawali penyelamatan warga rentan seperti balita, lansia, ibu hamil, dan warga sakit.
“Setelah pencarian yang dilakukan sejak 26 November 2025, korban akhirnya ditemukan kemarin sekitar pukul 10.00 WIB dalam kondisi meninggal dunia, tidak jauh dari rumahnya,” kata Rizal soal korban lansia bernama Nurbaidah (80).
Selama operasi, tim menemukan total tiga korban meninggal dunia.
Debit air mulai surut sejak Kamis pagi, namun banyak lokasi tetap sulit diakses karena sejumlah jembatan dan jalan desa rusak berat.
Jembatan Putus dan Akses Lumpuh Sepenuhnya
Penurunan debit air belum cukup membuat akses kembali normal. Salah satu titik terparah adalah putusnya Jembatan Krueng Peusangan, penghubung Bireuen–Aceh Utara–Lhokseumawe. Kondisi ini menyulitkan distribusi bantuan dan memaksa banyak warga menunda perjalanan.
“Sebagian besar wilayah sudah surut, tetapi ada beberapa titik yang tidak bisa dilalui. Akses dari Bireuen menuju Aceh Utara/Lhokseumawe untuk sementara tidak dapat dilewati,” ujar Rizal.
Empat jembatan lainnya di jalur alternatif juga diketahui putus, berdasarkan laporan warga.
Seorang pelaku perjalanan, Habil, turut menceritakan situasi saat terjebak di wilayah banjir.
“Di Kutablang jembatan putus. Kami sempat cari jalur alternatif namun menurut warga tidak ada akses sama sekali karena ada 4 empat putus,” katanya.
Habil akhirnya kembali ke Banda Aceh karena tidak bisa melanjutkan perjalanan.
“Di Bireuen gak ada sinyal internet maupun telepon biasa,” jelasnya.
Data Korban dan Situasi Terkini Dampak Banjir Bireuen Aceh
Hingga saat ini, banjir dan longsor di berbagai wilayah Aceh menelan puluhan korban jiwa dan beberapa lainnya masih dalam pencarian. Daerah terdampak meliputi Aceh Utara, Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues, dan Aceh Tenggara.
Sementara itu, Basarnas dan unsur SAR lain tetap siaga menghadapi kemungkinan cuaca ekstrem beberapa hari ke depan. Warga diminta tetap waspada terhadap banjir susulan terutama di daerah rendah dan dekat aliran sungai.
