RADAR69.ID – Jakarta, Gelombang banjir besar Thailand Selatan sejak akhir pekan lalu memicu krisis kemanusiaan terburuk dalam beberapa dekade. Wilayah Songkhla menjadi pusat dampak setelah air bah menghanyutkan rumah-rumah, menutup akses desa, dan menyebabkan ratusan korban meninggal. Rumah sakit di area terdampak kini kewalahan menampung jenazah, sementara proses evakuasi korban terus dilakukan seiring surutnya air.
Baca Juga: Ngeri! Pesantren Ambruk di Aceh Terseret Longsor ke Sungai
Banjir Besar Thailand Selatan Memicu Lonjakan Korban dan Krisis Kamar Jenazah
Rumah Sakit Songklanagarind menerima gelombang jenazah terbanyak, dengan 110 jenazah tersimpan hingga Jumat. Jumlah itu termasuk korban dari rumah sakit lain yang ruang penyimpanan jenazahnya penuh. Untuk mengatasi lonjakan kematian, polisi mengirim enam kontainer berpendingin agar proses identifikasi bisa tetap berjalan.
Pihak rumah sakit menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban dan meminta pengertian karena penyerahan jenazah membutuhkan waktu lebih lama. Antrean administrasi dan verifikasi identitas memanjang karena jumlah korban yang jauh melebihi kapasitas pelayanan harian.
Di sejumlah titik, tim penyelamat masih menemukan jenazah di rumah-rumah, kendaraan, serta area terpencil yang sebelumnya tak bisa dijangkau akibat arus deras.
Dampak Meluas ke Banyak Provinsi
Data otoritas menyebut total korban tewas mencapai 145 orang di seluruh Thailand selatan, dengan lebih dari 100 korban berasal dari Songkhla. Ribuan warga terpaksa mengungsi ke tempat aman, sebagian menunggu penyelamatan di atap rumah akibat air yang naik mendadak.
Provinsi yang terdampak meliputi:
- Songkhla
- Nakhon Si Thammarat
- Pattani
- Yala
- Narathiwat
- Phatthalung
- Trang
- Satun
Lebih dari 14.000 penduduk telah dievakuasi, dan pemerintah memperingatkan ketinggian air masih berpotensi naik di beberapa provinsi meskipun sebagian wilayah mulai mengering.
Penyebab dan Skala Bencana
Para ahli menyebut curah hujan pada November ini sebagai yang tertinggi dalam 300 tahun. Hujan ekstrem berkepanjangan dipicu kombinasi monsun timur laut dan sistem badai tropis yang memasok massa udara lembap dalam jumlah besar.
Fenomena La Niña dan pemanasan global diduga memperkuat intensitas hujan. Sungai-sungai di Songkhla dan daerah sekitar tak mampu menahan debit air sehingga terjadi banjir bandang yang menerjang ratusan desa secara bersamaan.
Di beberapa daerah, banjir menyebabkan pemadaman listrik, terputusnya jaringan komunikasi, dan kelangkaan air bersih. Layanan publik lumpuh dan akses jalan utama tidak dapat dilalui.
Banjir Besar Thailand Selatan Ganggu SEA Games 2025 dan Aktivitas Nasional
Bencana ini memaksa 11 cabang olahraga SEA Games 2025 dipindahkan dari wilayah selatan ke Bangkok dan Chonburi. Keputusan itu diambil untuk menjamin keselamatan atlet dan ofisial.
Panitia menyatakan perubahan lokasi tidak akan mengganggu jadwal keseluruhan ajang olahraga regional tersebut.
Selain itu, pemerintah menangguhkan sejumlah pejabat lokal karena dinilai gagal merespons keadaan darurat dengan cepat.
Operasi Penyelamatan dan Pemulihan Pasca Banjir Besar Thailand Selatan
Pemerintah Thailand mengerahkan ratusan perahu, helikopter, hingga kapal induk untuk mengevakuasi warga yang terjebak. Drone juga digunakan memetakan wilayah terdampak secara real time.
Direktur Pusat Operasi Bantuan Banjir Paradorn Prissananantakul menegaskan,
“Kami sekarang akan memasuki fase rehabilitasi dan bekerja untuk memulihkan kota ke keadaan normal secepat mungkin.”
Walaupun air mulai surut, otoritas memperingatkan bahwa kondisi tanah yang labil masih dapat memicu longsor susulan, terutama di provinsi yang berbatasan dengan pegunungan.
Ancaman Lanjutan dan Peringatan Pemerintah
Departemen Meteorologi Thailand memperingatkan hujan masih mungkin turun di wilayah selatan dalam beberapa hari ke depan. Warga diminta tetap waspada karena curah hujan tambahan dapat memperlambat proses pemulihan atau menimbulkan banjir baru.
Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul mengatakan seluruh lembaga dikerahkan penuh untuk memastikan bantuan mencapai seluruh warga terdampak.
Menurutnya, meskipun situasi masih kritis, upaya terpadu pemerintah membantu menekan risiko korban tambahan.
