RADAR69.ID – Jakarta, Ibadah Jumat di masjid sekolah mendadak berubah menjadi kepanikan besar ketika Ledakan SMAN 72 Jakarta terjadi pada Jumat siang (7/11). Empat bom meledak di area sekolah, melukai puluhan siswa yang sedang beraktivitas, termasuk saat tengah menunaikan salat. Polisi langsung mengamankan seorang siswa sebagai terduga pelaku, sementara penyelidikan mengenai motif hingga perakitan bom masih terus berjalan. Tragedi Ledakan SMAN 72 Jakarta ini menimbulkan duka di dunia pendidikan serta memunculkan perdebatan soal kesehatan mental dan lingkungan sosial remaja.
Baca Juga: Topan Kalmaegi Renggut Ratusan Nyawa di Filipina dan Vietnam, Bergerak ke Kamboja
Ledakan SMAN 72 Jakarta dan Dugaan Tekanan Psikososial Pelaku
Peristiwa Ledakan SMAN 72 Jakarta membuat para pengamat menyoroti aspek psikologis dan sosial pelaku. Dosen Fisipol UGM, AB. Widyanta, menjelaskan bahwa tekanan psikis anak tidak muncul tiba-tiba, melainkan akumulasi dari persoalan sosial yang terinternalisasi.
“Sehingga yang dihidupi oleh dia itu rasa sakit hati, rasa ada amarah yang mendalam. Tetapi juga ada rasa keinginan untuk balas dendam,” ujarnya.
Ia menilai tindakan ekstrem pelaku merupakan reaksi personal terhadap kekerasan lingkungan yang diduga dialami, bukan berkaitan dengan kelompok radikal.
“Saya menilai ini murni reaksi personal terhadap kekerasan lingkungan, yang difasilitasi oleh teknologi digital,” terangnya.
Widyanta menambahkan bahwa ketidakmampuan keluarga memberikan afeksi, sekolah yang kompetitif, dan paparan digital berbahaya adalah faktor yang saling berkaitan.
“Anak ini korban, dan ia tumbuh dalam ekosistem yang mereproduksi kekerasan,” tegasnya.
Kondisi Terbaru Pelaku dan Proses Penyidikan
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Budi Hermanto menyampaikan perkembangan kondisi pelaku yang masih di bawah umur.
“Penyidik masih berkoordinasi dengan dokter yang menangani, karena kondisinya masih lemas dan pusing pasca dilepas alat selang makanan,” ujarnya.
Pelaku sebelumnya menjalani operasi dan perawatan ICU dan kini telah dipindahkan ke ruang rawat inap. Pemeriksaan lebih lanjut baru dapat dilakukan setelah kondisi kesehatan stabil.
“Harus berkoordinasi dengan KPAI, Bapas, APSIFOR dan P3A dalam proses meminta keterangan,” kata Budi.
Sejauh ini, polisi masih mendalami asal-usul bahan peledak yang digunakan serta proses perakitan tujuh bom, di mana empat di antaranya sempat meledak.
Ledakan SMAN 72 Jakarta: Jumlah Korban dan Proses Pemulihan Sekolah
Sebanyak 96 siswa menjadi korban Ledakan SMAN 72 Jakarta. Hingga Senin (17/11), masih ada 10 siswa yang menjalani perawatan di empat rumah sakit berbeda:
- RSI Cempaka Putih: 5 orang
- RS Yarsi: 3 orang
- RSCM: 1 orang
- RS Polri: 1 orang (pelaku)
Sementara itu, pembelajaran di sekolah mulai kembali berjalan dengan sistem hybrid.“70 persen lebih itu anak-anak tatap muka langsung, offline. Nah, sekian persennya itu mereka ikutnya daring,” ujar Kepala Sekolah SMAN 72, Tetty Helena Tampubolon.
Pemulihan aktivitas sekolah dilakukan bertahap sambil memastikan kondisi psikologis siswa tetap terpantau.
Ledakan SMAN 72 Jakarta: Isu Bullying dan Klarifikasi Pihak Sekolah
Pasca ledakan, muncul dugaan bahwa pelaku merupakan korban perundungan. Namun kepala sekolah membantah temuan itu setelah meminta klarifikasi kepada siswa dan guru BK.
“Ya, sepengakuan anak-anak itu, mereka tidak tahu sebenarnya anak ini (pelaku) di-bully atau tidak,” ujar Tetty.
Meski begitu, pihak sekolah tetap menelusuri informasi tersebut secara mendalam.
“Jadi artinya saya ingin keadilan itu ada,” katanya.
Salah satu siswa, R, mengaku pernah mendengar bahwa pelaku beberapa kali mengalami perundungan dan memiliki kebiasaan menonton video gore.
“Dia suka nonton video gore kalau kata temen-temennya,” ucap R.
Fakta-fakta ini kini menjadi bagian dari pendalaman pihak berwenang untuk memahami latar belakang pelaku secara menyeluruh.
